Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memaparkan rencana pengembangan pembangunan Pelabuhan Probolinggo. Pelabuhan Probolinggo saat ini dikelola Badan usaha Pelabuhan (BUP) PT Delta Artha Bahari Nusantara, anak perusahaan PT Petrogas Jatim Utama, BUMD milik Pemprov Jatim.
Seiring dengan terbitnya Perpres No 80 Tahun 2019 tentang percepatan pembangunan di Jawa Timur, Pelabuhan Probolinggo bakal dikembangkan menjadi pusat hub pedagangan dan konektor titik-titik pariwisata unggulan di Jawa Timur.
Dari sektor perdagangan, Pelabuhan Probolinggo saat ini sudah menjadi pelabuhan yang cukup besar peranannya bagi Jawa Timur. Per bulannya ada sebanyak 140 an kapal besar.
Pelabuhan ini juga sudah menjadi tempat bongkar muat kapal dari manca negara meski belum banyak. Seperti kapal dari Thailand yang membawa barang ekspor ke Indonesia. Kapal ini membawa raw sugar dan tepung tapioka sebanyak dua kali setiap bulannya.
“Pelabuhan ini dibangun atas sebuah obsesi dan harapan agar pelabuhan ini bisa menjadi salah satu shadow seaport of Singapore karena peluangnya sangat besar. Di sini, kedalaman 16 meter, sejauh ini yang kita tahu yang paling dalam ada di pelabuhan Benoa yaitu 20 meter,” kata Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat peresmian Gedung Kantor PT. DABN dan masjid Baiturrochman yang dibangun Dishub Jatim di Pelabuhan Probolinggo, Jumat (14/02) lalu.
Keistimewaan dari Pelabuhan Probolinggo adalah letaknya yang strategis dilindungi pulau Madura sebagai breakwater. Sehingga gelombang lautnya tidak tinggi hanya 1,5 meter maksimal. Serta tingkat sedimentasi lautnya juga rendah.
Sedangkan secara ketersediaan fasilitas yang eksisting, Pelabuhan Probolinggo sudah memiliki kawasan pergudangan, pemadam kebakaran, rest area, serta jembatan timbang.
Ke depan jalan akses ke Pelabuhan Probolinggo juga akan dilebarkan. Jika saat ini jalan yang mampu dilewati beban 20 ton hanya berlebar 8 meter, ke depan akan dilebarkan menjadi 15 meter.
“Saat ini sudah ada tiga instansi yang paparan ke pemprov. Bahkan ada yang sudah memaparkan akan mempersiapkan untuk menjadikan seaport ini sampai kedalaman diatas 20 meter. Tapi kami belum putuskan,” kata Khofifah.
Selain potensial untuk urusan logistik, pengembangan kawasan Pelabuhan Probolinggo juga dalam rangka menjadikan menyokong sektor pariwisata. Pelabuhan Probolinggo digadang akan menjadi tempat sandarnya kapal-kapal pesiar yang membawa wisatawan untuk dibawa ke titik-titik pariwisata unggulan di Jawa Timur.
Salah satunya kawasan Bromo Tengger Semeru. Selain masuk dalam Perpres No 80 Tahun 2019, kawasan wisata Bromo Tengger Semeru digadang menjadi satu diantara sepuluh ‘Bali Baru’ di Indonesia yang bisa menjadi magnet wisatawan.
Dalam lampiran Perpres ini pengembangan Pelabuhan Tanjung Tembaga membutuhkan alokasi anggaran APBN dan KPBU sekitar Rp 9 Trilliun, dan detail plannya akan digarap tahun ini.
“Captive market kita adalah wisatawan dari Eropa yang menggunakan kapal pesiar. Yang rata-rata mereka menghabiskan 14 hari di Indonesia. Kita ingin mereka menghabiskan waktunya di Bromo 2 hari, di Ijen 2 hari. Selama ini masing-masing hanya sehari,” kata Khofifah.
Selain itu Khofifah juga menggadang Pelabuhan Probolinggo turut menjadi konektor ke pariwisata di Kepulauan Madura. Seperti ke Gili Labak dan Gili Iyang. (ist)