TIGA perusahaan energi tercatat berniat mencatatkan sahamnya di lantai Bursa Efek Indonesia guna menggalang dana untuk modal kerja.
Pertama, perusahaan pembangkit listrik energi baru terbarukan PT Terregra Asia Energy berencana untuk menerbitkan 600 juta saham baru melalui penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham di Bursa Efek Indonesia dengan target penggalangan dana sekitar Rp 150-200 miliar.
Kedua, perusahaan patungan antara Badan Usaha Milik Daerah (bumd) Jawa Timur dengan perusahaan asal Australia, juga direncanakan melakukan penawaran saham perdana di Bursa Efek Indonesia pada 2019.
Dan ketiga, BUMD Jatim–Petrogas Jatim Utama–, juga berencana menggelar IPO saham. Manajemen perseroan telah meminta izin ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur selaku pemegang saham untuk bisa melaksanakan IPO pada tahun ini atau tahun depan.
Christin Soewito, Sekretaris Perusahaan Terregra Asia Energy, menuturkan perseroan awalnya bergerak di bidang jasa teknis dan penyuplai ke PLN. Sejak 2009, Terregra fokus untuk mendalami bidang usaha energi baru terbarukan.
“Program pemerintah pada 2025 bauran energi baru terbarukan harus 23%, sampai hari ini baru 12,5%. Jadi pangsa pasarnya luar biasa. Kami fokus renewable energy pembangkit listrik minihidro dan solar energy,” ujarnya seusai menggelar mini expose di Bursa Efek Indonesia, Senin (6/2).
Terregra, lanjutnya, sedang merampungkan pembangkit listrik tenaga mini hidro (PLTMH) dengan kapasitas 72 mega watt di Sumatra Utara. Tahun ini, perseroan berencana memulai konstruksi empat proyek baru yang berlokasi di Tapanuli, Sumatra Utara.
“Tahun ini kami rencana mau bangun empat pembangkit total kapasitasnya 40 MW. Baru satu yang dapat PPA, tetapi dua proyek sudah ditunjuk EPC-nya,” imbuh Christin.
Menurutnya, proses pembangunan pembangkit listrik cukup panjang. Bahkan pembebasan lahan mulai berlangsung sejak 2009. Setelah pembebasan lahan, perseroan sebagai independen power producer (IPP) harus menjalin perjanjian jual beli listrik (power purchase agreement/PPA) dengan PLN.
Setelah mengantongi PPA, kata Christin, perseroan perlu menggalang dana untuk membiayai pengembangan pembangkit listrik tersebut. Untuk itulah perseroan berencana untuk menggelar IPO pada tahun ini.
“Target IPO Rp 150-200 miliar sebanyak 600 juta lembar saham. Targetnya listed pada 8 Mei 2017,” ucapnya.
Terregra telah menunjuk PT Lautandhana Securindo sebagai lead underwriter rencana IPO tersebut. Adapun dana yang diperoleh dari IPO akan dikucurkan perseroan kepada anak usaha dan cucu usaha yang secara langsung menggarap proyek pembangkit listrik tersebut.
Valuasi saham Terregra mengacu pada neraca keuangan dalam laporan keuangan Oktober 2016. Adapun nilai modal disetor Terregra disebut Christin mencapai Rp 220 miliar.
Terregra Asia Energy menjadi perusahaan kedua yang dibawa Lautandhana Securindo untuk melantai di BEI pada semester I/2017. Sebelumnya, produsen air minum dalam kemasan Cleo, PT Sariguna Primatirta Tbk. segera menggelar penawaran umum perdana 500 juta lembar saham di pasar modal.
Perusahaan di bawah bendera Tanobel Food itu juga menggunakan laporan keuangan Oktober 2016 sebagai dasar valuasi saham. Saat ini, perusahaan yang berbasis di Sidoardjo, Jawa Timur itu memiliki 19 pabrik yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Adapun dana hasil IPO rencananya akan digunakan Sariguna Primatirta untuk perluasan usaha.
PERUSAHAAN PATUNGAN
Direktur Utama PT Australasia LNG Indonesia Arya Setyaki mengatakan pihaknya bersama PT Petrogas Jatim Utama akan mendirikan tiga perusahaan patungan yakni operator fasilitas penyimpanan gas alam cair terapung, operator regasifikasi darat dan perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan gas (trading gas).
Hanya saja, lanjutnya, untuk nama ketiga perusahaan tersebut hingga kini belum final dan masih dalam tahap diskusi antara kedua belah pihak. Namun, dia mengungkapkan jika salah satu dari ketiga perusahaan patungan tersebut akan melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham di Bursa Efek Indonesia.
“Untuk perusahaan patungan rencananya akan IPO setelah proyek beroperasi pada 2019,” katanya saat ditemui Bisnis, Senin (6/2).
Namun, pihaknya tentu akan melihat kondisi lebih jauh mengenai perkiraan waktu yang tepat untuk melaksanakan IPO. BUMD Jatim –Petrogas Jatim Utama–, tambahnya, memiliki porsi mayoritas dalam perusahaan patungan tersebut dengan kepemilikan minimum 51%.
Tak hanya perusahaan patungan, Petrogas Jatim Utama sendiri telah mengusulkan ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur selaku pemegang saham untuk bisa melaksanakan IPO pada tahun ini atau tahun depan.
Presiden Direktur PT Petrogas Jatim Utama Leo Herlambang mengatakan pihaknya telah meminta izin kepada Gubernur Jawa Timur Soekarwo agar pada tahun ini atau tahun depan, pihaknya bisa melakukan IPO.
Jika, rencana itu belum disetujui, lanjutnya, setidaknya pada tahun tersebut perusahaan bisa menerbitkan surat utang. “Saya ingin bergerak cepat tapi aman, dalam situasi yang terus berubah ini dengan egility, perasaan untuk berubah ini,” katanya, Jumat (30/12/2016).
Adapun, kedua perusahaan tengah berkolaborasi untuk membangun fasilitas penyimpanan dan regasifikasi di pelabuhan Probolinggo dengan nilai investasi USd 468 juta.
Arya menambahkan saat ini pre-front end engineering design (feed) study terkait proyek pengembangan Probolinggo LNG Hub telah diselesaikan oleh kedua perusahaan yang ditunjuk yakni KBR Asia Pacific (KBR) dan Ove Arup & Partners Hong Kong (Arup).
Pada bulan depan, feed akan dimulai dan diproyeksikan tuntas dalam jangka enam hingga tujuh bulan. “Dengan demikian, pada Oktober atau November kami bisa melakukan groundbreaking,” katanya.
Jika feed telah selesai, katanya, pihaknya akan melakukan financing close. Hanya saja, dari hasil pre-feed nilai investasi tidak berbeda jauh dari hitungan sebelumnya yakni dengan total investasi sekitar USd 468 juta. “Bisa naik, bisa turun. Tapi tidak jauh berbeda.”
Adapun, saat ini, pihaknya tengah melakukan negosiasi dengan PT PLN (Persero) dan PT Pertamina Gas (Pertagas) yang disasar sebagai konsumen gas maupun pengguna jasa regasifikasi di fasilitas tersebut.
Kapasitas regasifikasi terminal itu dirancang untuk 5 juta ton per tahun (million tonne per annum/MTPA) dan diharapkan untuk aliran gas pertama akan di mulai pada 2019 dengan kapasitas 1.5 MTPA. (sak)